Kalo ditanya, kapan pertama kali saya serius menuntut ilmu dan pengalaman, mungkin masa SMP adalah jawabannya. Kenapa? Karena saat pada saat itu, saya rela naik sepeda sejauh 3 km, ditambah naik bis sejauh 15 km, dan dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 2 km. Hal tersebut saya lakukan setiap hari pulang pergi, 7 kali dalam 1 minggu. Angka yang sangat fantastis bukan??
Pertama, saya ingin menjelaskan angka 3 + 15 + 2 = 20 km tsb. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, saya tinggal di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Namun, saya tidak tinggal di “Kota Ngawi”-nya, tetapi tinggal di sebuah desa kecil bernama Sambiroto di Kecamatan Padas. Rumahku tidak di pinggir jalan raya, melainkan harus masuk ke dalam (jalan makadam) sejauh 3 km. Jadi agar bisa ke Ngawi, saya harus mengayuh sepeda sejauh 3 km, sampai di Jalan Raya. Selanjutnya saya harus naik Bis, dari Tempat Penitipan Sepeda sampai Kota Ngawi. Sayangnya, Bis tidak sampai ke Kota, sedangkan SMP ku terletak di tengah kotanya, di dekat Alun Alun Kota Ngawi. Walhasil saya harus jalan dulu menuju SMP sekitar 2 km-an. Kenapa tidak naik angkot, karena banyak temen-temen yang memilih jalan. Alasannya lainnya tentu, cukup sangat menghemat.. Kalo gak, uang saku habis hanya untuk naik angkot, sementara saya harus makan siang. Naat itu ongkos naik bis adalah 1.000 rupiah. Jadi PP 2.000 rupiah. Uang Sakuku 3.000 rupiah. Jadi masih sisa 1.000 untuk makan siang. Saya harus makan siang di sekolah karena sekolahku pulang sore. Saya masih ingat, setiap Senin, Rabu, dan Jumat pulang jam 16.00, sedangkan hari lainnya agak siang. Karena rumahku jauh, saya selalu pergi sangat pagi dan pulang sore / malam. Itu saya lakukan setiap hari.
Momen yang paling kuingat adalah ketika sampai di penitipan sepeda jam 17.45 dan saat itu hujan lebat. Karena tubuhku sudah lemas, saya memutuskan untuk memaksa pulang dengan melawan hujan. Huh rasanya, berat sekali mengayuh sepeda dengan hujan disertai angin yang mengarah ke saya. Tapi saya sudah memilih, dan saya harus terus berjuang sampai rumah. Sampai dirumah, bersyukur sekali rasanya. Orang tua dan mas telah menunggu. Mereka membantu membawakan tas, menyiapkan air hangat untuk mandi, dan tentunya menyiapkan buka puasa yang menyegarkan. Waktu itu sangat menyentuh sekali rasanya.
Saya melakukan perjalanan yang jauh 7 kali dalam seminggu. Saya sekolah dari Senin sampai Sabtu. Sementara hari minggu, saya pergunakan waktu untuk mengikuti extrakurikuler PRAMUKA. Walaupun ini berarti saya gak ada waktu untuk istirahat, cuma saya merasa tidak masalah, karena PRAMUKA saya anggap sebagai hiburan. Saat ini, saya bersyukur karena dulu aktif di Pramuka karena banyak sekali pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan dari Pramuka.
Bersambung…